Kajian Kenaikan Laba Bersih PDAM Jepara dan Hubungannya dengan Kinerja Pelayanan

Djoko TP Pembina Konsorsium LSM Jepara, Rabu (11/12/2024).
Oleh: Djoko TP Pembina Konsorsium LSM Jepara
SIGAPNEWS | JEPARA - Perumda Air Minum Tirta Jungporo Jepara berhasil mencatatkan laba bersih sebesar Rp 786.122.529,- atau mencapai 313,58% dari target laba tahun sebelumnya sebesar Rp 250.690.764,-. Hal ini terjadi meskipun cakupan pelayanan teknis hanya mencapai 14% pelanggan dari total kebutuhan masyarakat Jepara. Yang menarik adalah laba ini diperoleh tanpa adanya penyesuaian tarif selama 14 tahun.
Pertanyaan yang muncul adalah: Apakah kenaikan laba ini mencerminkan perbaikan signifikan dalam kinerja pelayanan PDAM?
Analisis Kenaikan Laba Bersih
1. Indikator Keuangan
Efisiensi Operasional:
Kenaikan laba bisa jadi mencerminkan efisiensi operasional yang lebih baik, misalnya dengan optimalisasi sumber daya, pengurangan biaya, atau peningkatan pendapatan dari sumber lain. Namun, ini tidak secara langsung menunjukkan adanya perbaikan dalam kualitas pelayanan publik.
Cakupan Pelanggan yang Kecil:
Dengan hanya melayani 14% pelanggan secara teknis, kenaikan laba bersih yang signifikan ini lebih cenderung menunjukkan pengelolaan keuangan yang baik daripada kinerja pelayanan yang benar-benar meningkat.
Tidak Ada Penyesuaian Tarif Selama 14 Tahun:
Ketiadaan kenaikan tarif sejak 2010 mengindikasikan bahwa laba lebih banyak dihasilkan dari efisiensi atau peningkatan penggunaan layanan oleh pelanggan yang ada. Ini menunjukkan bahwa PDAM telah berhasil memaksimalkan pendapatan tanpa membebani pelanggan dengan tarif yang lebih tinggi.
2. Kinerja Pelayanan Publik
Rasio Kinerja vs Keuntungan:
Cakupan pelayanan sebesar 14% menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil masyarakat yang mendapatkan akses air bersih secara konsisten. Hal ini menimbulkan kesenjangan antara laba finansial yang tinggi dengan dampak nyata pada kesejahteraan masyarakat.
Keluhan dan Masalah Teknis:
Gangguan pasokan air di beberapa wilayah menunjukkan adanya ketidakseimbangan antara pencapaian laba dan pelayanan. Jika laba diperoleh dari pelanggan yang sudah mapan, maka PDAM perlu mengevaluasi alokasi keuntungan untuk peningkatan infrastruktur dan pemerataan pelayanan.
3. Komparasi Tahun Sebelumnya
Performa Operasional:
Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, laba yang meningkat drastis tanpa adanya perubahan tarif mencerminkan bahwa langkah efisiensi seperti optimalisasi penggunaan air baku, penggunaan sumur bor, dan pemeliharaan jaringan pipa telah memberikan hasil finansial yang positif.
Performa Administrasi:
Laporan BPKP tahun 2023 yang menyatakan bahwa kinerja PDAM berada pada kategori "Cukup" (Kepmendagri No. 47 Tahun 1999) menunjukkan bahwa meskipun laba meningkat, aspek administrasi dan pelayanan masih memerlukan perbaikan signifikan.
Evaluasi Kenaikan Laba dan Dampaknya
1. Keberlanjutan Finansial:
Laba bersih yang meningkat menunjukkan bahwa PDAM memiliki potensi finansial untuk melakukan investasi besar-besaran dalam infrastruktur. Namun, ini harus segera diwujudkan untuk meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan.
2. Ketidakseimbangan Antara Laba dan Layanan:
Kenaikan laba tidak sejalan dengan peningkatan aksesibilitas dan kualitas pelayanan. Ini menjadi tantangan utama yang perlu diatasi untuk menciptakan keselarasan antara tujuan finansial dan misi sosial PDAM.
3. Urgensi Penyesuaian Tarif:
Tarif yang tidak berubah selama 14 tahun mengindikasikan bahwa laba yang tinggi diperoleh dari pengelolaan efisiensi, bukan dari peningkatan pendapatan berbasis tarif. Penyesuaian tarif secara bertahap dengan mempertimbangkan daya beli masyarakat dapat memberikan ruang finansial tambahan untuk pengembangan layanan.
Read more info "Kajian Kenaikan Laba Bersih PDAM Jepara dan Hubungannya dengan Kinerja Pelayanan" on the next page :
Editor :Eko Mulyantoro
Source : Dr. Djoko Tjahyo Purnomo, A.Pi, S.H., MM,. MH.