Wujud Akulturasi Nilai-nilai Islam dan Budaya Jawa
Khataman Malam Selikuran di Festival Kenduri Among Riyoyo Desa Bringin

Khataman Malam Selikuran dalam Festival Kenduri Among Riyoyo di Masjid Jami' Darul Muttaqien, Dukuh Cangkring, Desa Bringin, Kecamatan Batealit, Kamis (20/3/2025).
JEPARANEWS | JEPARA - Khataman Malam Selikuran dalam Festival Kenduri Among Riyoyo di Masjid Jami' Darul Muttaqien, Dukuh Cangkring, Desa Bringin, Kecamatan Batealit, Kabupaten Jepara, Kamis malam (20/3/2025) menjadi saksi sebuah gelora spiritual dan budaya yang menyatu dalam sebuah akulturasi bertema Khataman Malam Selikuran yang dilaksanakan usai Sholat Tarawih ini diselenggarakan oleh Karang Taruna Cakra Muda Desa Bringin.
Kegiatan interaksi dan akulturasi Islam dan Budaya Jawa dalam acara ini bukan hanya sebuah perayaan religius semata, tetapi juga manifestasi sinergi yang menghidupkan Islam sebagai agama sekaligus Jawa sebagai budaya yang senantiasa bersanding harmonis dalam bingkai adat, tradisi dan budaya yang kaya makna dan spirit bulan suci Ramadan 1446 H atau 2025 M.
Acara yang dipenuhi semangat kebersamaan ini menarik perhatian warga yang berasal dari berbagai elemen masyarakat, memperlihatkan antusiasme yang luar biasa. Acara ini dihadiri oleh Sumardi, Petinggi Desa Bringin, jajaran perangkat desa, Ketua KUA Kecamatan Batealit, Wakil Ketua PC NU Kabupaten Jepara, Kyai dan Ulama, Pakasa Jepara diwakili oleh RT Dimas Julianto, Toga, Tomas serta para santri Gubuk Barokah Al-Qur'an, semakin menambah keistimewaan acara yang sarat makna ini.
Sejak awal, pembukaan yang dipandu oleh moderator Faisal Amirul Falah, anggota Karang Taruna Desa Bringin, langsung menyentuh hati para hadirin. Sambutan pertama disampaikan oleh Ketua Karang Taruna Desa Bringin yang menyampaikan rasa syukur atas terlaksananya acara yang menggabungkan tradisi dengan modernitas ini. Diikuti dengan sambutan penuh apresiasi dari Ketua KUA Kecamatan Batealit, Kyai Hisyam Zamroni, yang mengungkapkan penghargaan yang mendalam terhadap inisiatif pemuda yang berani menampilkan budaya Jawa dengan kemasan yang penuh aktualisasi nilai-nilai kekinian.
Dalam kesempatan ini, Kyai Hisyam Zamroni menegaskan bahwa Islam dan budaya Jawa bukanlah entitas yang dapat disamakan, melainkan dua hal yang dapat berjalan berdampingan dalam keselarasan, masing-masing dengan kedalaman nilai yang dimilikinya.
Sambutan penuh penghargaan juga disampaikan oleh Petinggi Desa Bringin, yang dengan bijaksana memuji usaha Karang Taruna Cakra Muda, berhasil menghidupkan acara yang menggugah kesadaran akan pentingnya pelestarian adat dan budaya, sembari tetap menghormati dan mengedepankan nilai-nilai ajaran agama. Sumardi dengan tegas mengungkapkan bahwa," Dalam kebudayaan Jawa, tradisi dan agama Islam tidak perlu dipertentangkan, karena keduanya dapat berjalan beriringan, menyatu dalam keseimbangan yang saling memperkaya," tegasnya.
Puncak dari rangkaian acara ini adalah khataman yang dipimpin oleh Ustadz Hasyim Mabruri Alhafidz, yang dengan penuh ketenangan dan kedalaman spiritual memimpin bacaan dengan sangat khidmat, menggetarkan jiwa setiap jamaah yang hadir. Setelah itu, tahlil dipimpin oleh Kyai Sutoyo, yang semakin menambah kekhidmatan acara, memanjatkan doa-doa yang penuh dengan keberkahan. Dalam suasana penuh kedamaian ini, terlihat jelas bahwa Islam, sebagai agama yang mengajarkan kedamaian dan ketundukan kepada Sang Pencipta, mampu berdampingan dengan budaya Jawa yang kaya akan nilai-nilai luhur.
Acara ini tidak hanya menjadi ajang untuk mempererat tali silaturahmi antarwarga, tetapi juga sebagai media untuk menyemai kesadaran kolektif bahwa Islam dan budaya Jawa bukanlah dua hal yang terpisah, melainkan dua entitas yang memiliki ruang untuk saling menghormati dan memperkaya satu sama lain. Sebuah harapan pun terlontar, bahwa kegiatan serupa hendaknya tidak hanya berhenti di Dukuh Cangkring, melainkan dapat diperluas ke dukuh-dukuh lain di Desa Bringin, menjadi tradisi yang menyatukan Islam dan budaya Jawa dalam satu tujuan yang mulia.
Dengan semangat kebersamaan yang tercermin dalam setiap detik acara, terjalinlah sinergi yang tidak hanya menumbuhkan rasa bangga terhadap warisan budaya, tetapi juga memperkokoh landasan religius yang menjadi penuntun hidup umat. Sebuah penegasan bahwa Islam dan budaya Jawa, meskipun berbeda dalam banyak aspek, sejatinya dapat berjalan bersama dalam harmoni yang penuh makna.
Editor :Eko Mulyantoro
Source : Pakasa Jepara