Kelompok MPJ: Sebaiknya Pengurus Serikat Pekerja dan Serikat Buruh dari Warga Lokal Jepara

Audiensi Masyarakat Peduli Jepara ( MPJ ) Kabupaten Jepara Terkait UMSK Jepara Tahun 2025, Kamis (23/1/2025).
Salah satu perwakilan dari MPJ yang hadir menegaskan apa yang disampaikan oleh Sekda Jepara dan Kadisnaker Jepara, ada memaksakan kehendak dan arogansi, kita harus bisa mengantisipasi kalau usulan dari dewan pengupahan Jepara ke Pj Gubernur Jateng disetujui. Karena ada indikasi dan kita cermati, mereka melakukan tindakan massal dengan memblokade pekerja yang mau masuk ke perusahaan dan mematikan hak untuk bekerja, berdampak terhadap perekonomian dan bisa berdampak terhadap absensi pekerja dan beresiko pemecatan. Mereka memblokade jalan, fasilitas umum dan pengguna jalan, dan potensi ini harus dipikirkan dari pihak kepolisian. Kalau masyarakat jengah terhadap situasi yang terjadi dan dilakukan terus menerus, bisa jadi masyarakat akan bertindak sendiri dan berbenturan. Dan ini harus dipikirkan untuk menjaga kondusifitas dan iklim investasi di Jepara. Dan ini juga mohon bisa menjadi kajian dan potensi-potensi itu bisa diantisipasi sejak awal.
"Keamanan dan kondusifitas wilayah menjadi tugas bersama," tegasnya.
Tri Hutomo dalam orasinya mengatakan bahwa Petisi Masyarakat Peduli Jepara atau MPJ sudah diserahkan kepada Sekda Jepara.
"Semoga bisa menjadi pertimbangan oleh Pj Gubernur Jateng agar kebijakan mempertimbangkan sektor-sektor yang lain jangan hanya mempertimbangkan satu sektor dan itu dipaksakan. Dan pemerintah harus memperhatikan sektor usaha mikro. Hasilnya semua demi perekonomian Kabupaten Jepara, menjaga keberlangsungan investasi," paparnya.
Kompol Sutono mewakili Kapolres Jepara menerangkan agar masyarakat di sekitar lingkungan pabrik harus peduli atas dampak yang terjadi seperti pemblokiran. Karena dampak pemblokiran hanya dalam 1 menit saja, perusahaan akan mengalami kerugian ratusan juta. Masyarakat harus peduli dampak yang terjadi karena para pengusaha juga mempunyai komunitas di Asia Pasifik dan mereka selalu berkomunikasi aman tidak di Jepara.
"Kami sudah berupaya, namun mereka cenderung menggunakan model-model yang mohon maaf memblokir seperti yang disampaikan. Kita tidak ingin di Jepara ini ada potensi konflik manakala apa yang disampaikan diusulkan tidak dengan kepala dingin. Kami mengucapkan terimakasih kalau aspirasi dan usulan disampaikan secara elegan. Kami dari Polres Jepara, TNI instansi terkait, dan pemerintah daerah hadir untuk mengamankan tidak ada kepentingan apa pun. Apa yang disampaikan Sekda semua keputusan pemerintah untuk melindungi masyarakat dan untuk kepentingan masyarakat dan pengusaha kita dukung," terangnya.
"Tapi kalau untuk kepentingan yang dipaksakan dan dampaknya tidak terpikirkan kita tidak dukung. Mohon semuanya paham situasi Jepara yang luar biasa. Saya tahu betul karena saya tahun 2014 mengawali PMA datang ke Jepara di Kecamatan Mayong, pernah muncul potensi konflik. Dan sekarang, Jepara sudah seperti ini, ayo kita pertahankan bukan sebaliknya. Kita jangan sampai hanya menuntut hak namun tidak peduli lingkungan, kita harus jaga Jepara kondusif dan Polres Jepara butuh dukungan dari semua elemen masyarakat. Kita tidak memihak salah satu pihak tapi kita berada ditengah-tengah dengan syarat Jepara kondusif, investasi tetap jalan dan masyarakat tidak terganggu," tandasnya.
"Apapun yang diputuskan pemerintah kita jaga, kita kawal dan Polres Jepara hadir untuk mengamankan," tegas Kompol Sutono.
Senada dengan Tri Hutomo dan Kompol Sutono, Edy Sujatmiko berucap kalau penyampaian pendapat dengan cara kekerasan dan pemaksaan kehendak, harusnya dengan cara diskusi.
"Cara seperti itu akan mematikan rejekinya sendiri, masyarakat supaya cerdas dan dipikirkan dengan cara kondusif. Kita informasikan kepada seluruh masyarakat dan pekerja. Serikat Pekerja dan Serikat Buruh Jepara harus berpikir secara keseluruhan jangan hanya untuk organisasinya saja tapi secara makro," ucapnya.
Dalam audiensi ini juga muncul usulan dari perwakilan kelompok Masyarakat Peduli Jepara atau MPJ bahwa sebaiknya para ketua, pengurus dan anggota Serikat Pekerja dan Serikat Buruh di perusahaan PMA yang ada di Jepara dari warga lokal asli Jepara.
"Karena kalau mereka warga luar kota atau kabupaten, cenderung mereka tidak peduli dan tidak faham kondisi lingkungan di wilayah Jepara. Namun kalau pengurusnya dari warga lokal, tentunya tahu keadaan sekitarnya," pungkasnya.
Senada dengan hal itu, Tri Hutomo menyampaikan usulan kepada Sekda Jepara sebaiknya ketua dan pengurus SP atau SB berasal dari warga lokal Jepara.
"Terkait serikat buruh, kami sering menerima aduan-aduan dari buruh pabrik ketika mereka ada permasalahan mengadu ke serikat buruh namun respon lambat dan kurang cepat dalam mengambil langkah-langkah strategis pemecahan masalah, karena kebanyakan pengurusnya berasal dari luar kota. Karena para pengurus tidak mengetahui betul kondisi lingkungan dan ekonomi dampak dan potensi apa. Mereka tidak memikirkan secara detail. Lain ketika kepengurusan diisi oleh orang lokal yang punya jiwa kepemilikan dan kepedulian bahwa ini daerah ku, jadi mereka punya tanggungjawab bersama-sama. Kalau mereka orang luar tidak punya totalitas memperjuangkan itu," pungkas Tri Hutomo.
Read more info "Kelompok MPJ: Sebaiknya Pengurus Serikat Pekerja dan Serikat Buruh dari Warga Lokal Jepara" on the next page :
Editor :Eko Mulyantoro
Source : Masyarakat Peduli Jepara